• My Facebook
  • My Email

Monday, July 30, 2012

Perananan Non Tradisional Wanita masa kini di era digital

Sudah merupakan sebuah keniscayaan bahwa semua aspek kehidupan kini telah berubah sesuai dengan perubahan jaman itu sendiri, setiap pribadi yang terlibat dengan perubahan jaman itu mengalami perubahan yang signifikan, dalam hal ini yang menarik untuk dicermati adalah kompleksitas dari perubahan signifikan para wanita, yang secara khusus akan menyoroti pada sosok wanita Indonesia, dengan hubungannya antara era digital yang serba modern ini dengan sifat perubahannya yang dinamis dan dihadapkan pada nilai-nilai kultural tradisional yang cenderung berstatus quo Peranan tradisional perempuan Indonesia yang selama ini kita kenal mungkin sebagian besar terikat pada tiga faktor yaitu Sumur, dapur, kasur yang secara gamblang mennggambarkan bahwa peranan perempuan hanya terikat pada urusan domestik di lingkungan rumah saja untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, istri dan mungkin juga sekaligus pembantu yang baik dan sifatnya pasif terhadap perubahan di sekitarnya, kemugkinan terbesar untuk menjadi aktif pun hanya di sekitar lingkugan rumahnya. Peranan tradisional kulturis ini sebenarnya yang digugat oleh R.A Kartini di penghujung abad ke 19, bahwa sesungguhnya wanita bisa berkiprah lebih dari itu, dan kiprah wanita dapat disamakan dengan rekan prianya. Namun perubahan yang mendobrak tradisi tersebut memang memerlukan perjalanan panjang dengan waktu yang tidak sebentar, dari sejak perjuangan Kartini hingga saat ini dimana emansipasi wanita sudah mulai dirasakan setara dengan para pria, diperlukan waktu 1 abad lebih untuk mendobrak tradisi dan nilai-nilai yang kolot dan konservatif. Perjuangan Kartini kini sudah membuahkan hasil dan telah menginspirasi para wanita Indonesia untuk dapat berkarya lebih diluar lingkungan rumah namun secara luar biasa untuk dapat berperan ganda sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Sudah merupakan trend dan gaya hidup masa kini ketika seorang wanita dapat berkarir di luar rumah, dengan berbagai alasan, dimana yang paling utama adalah untuk membantu sisi finansial keluarga dalam hal menambah jumlah penghasilan yang didapat oleh suami, namun juga sebagai sarana aktualisasi diri mereka di tengah masyarakat, dengan mengambil bidang pekerjaan yang sebelumnya didominasi para pria, namun tidak jarang juga mereka menciptakan originalitas sebagai seorang pelopor yang baru di bidang yang sebelumnya tidak ada atau masih sangat jarang, hal ini kita lihat sebagai fenomena dimana para wanita pun dapat mempunyai kapabilitas yang setara dengan para pria di hampir semua bidang dan aspek kehidupan. Dapat kita katakan bahwa wanita adalah sosok yang sederhana dalam perasaan, emosi dan pribadi namun sekaligus sosok yang kompleks dalam tuntutan dan kiprah serta partisipasinya dalam kehidupan keseharian. Dikatakan sederhana karena kita bisa melihat keluguan dan kesederhanaan wanita ketika berhubungan dengan perasaannya dimana mereka sangat mudah tersentuh dan menitikkan air mata oleh hal-hal yang terjadi sehari-hari yang mungkin dimata kita merupakan hal sepele, namun hal ini lah yang menjadikan wanita sebagai sosok sederhana nan unik. Waanita dikatakan kompleks karena apa yang dituntut dari wanita oleh lingkungan adalah berbagai peran yang harus dijalani sekaligus dalam waktu yang bersamaan, sebagai contoh adalah sosok seorang ibu yang juga berkarier di luar rumah, pada saat yang sama tanggung jawabnya adalah sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya yang berada di rumah , dimana ia harus bertanggung jawab pada kebutuhan anak-anaknya baik secara emosional maupun kehadiran ragawi. Kemudian perannya sebagai seorang istri yang mempunyai tanggung jawab kepada suami sebagai seorang pendamping hidup sekaligus partner dalam keseharian, sekaligus perannya di luar rumah dimana ia harus bertanggung jawab secara profesional kepada atasan dan lingkungan tempat ia bekerja, hal ini memerlukan suatu energi dan kemampuan luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh sesosok wanita. Kompleksitas seorang wanita bertambah ketika kodratnya sebagai wanita yang selalu ingin tampil cantik harus berhadapan dengan nilai-nilai tradisional serta agama, atau bahkan tuntutan dunia modern yang terkadang menuntut lebih dari seorang wanita, bahkan terkadang terikut dalam arus global dimana pandangan dan opnini terbentuk dalam satu aliran besar dan genre yang sudah terpasang kokoh dengan penguatan imaji oleh media massa, sehingga wanita seolah menjadi alat untuk memasarkan imaji tersebut namun sekaligus juga sasaran dari pembentukan pemikiran yang ada. Hubungan tersebut tidak hanya dengan orang sekitarnya bahkan hubungan denga dirinya sendiri pun sudah menjadi porsinya untuk juga diperhatikan, ketika sosok wanita sibuk memberikan apa yang dia bisa bagi lingkungannya, seorang istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, bawahan bagi atasannya, atau sebaliknya atasan bagi bawahannya, maka wanita berperan sebagai lilin yang menerangi sekitar sementara ia sendiri meleleh dengan pengorbanannya tersebu, unuk hal yang sangat pribadi ini, maka hubungan wanita dengan Sang Pencipta menjadi hal yang sangat krusial, terutama di era modern ini, dimana kekosongan dan kegersangan jiwa terkadang banyak menerpa banyak insan, dalam hal ini wanita, dan bukan merupakan tanggung jawab orang lain tetapi lebih pada tanggung jawab pribadi pada Yang Maha Kuasa, karena untuk masalah spiritual merupakan komunikasi kita langsung dengan Tuhan, beserta semua konsekuensi dari apa yang diperbuatnya. Dapat disimpulkan bahwa sosok wanita di era serba cepat, modern dan terdigitalisasi ini, menjadi semakin kompleks disatu sisi sekaligus tetap pada kesederhanaannya disisi lain, dan itulah yang membuat sosok wanita menemukan tempatnya selalu dalam bentuk keindahan sekaligus kerumitan di tengah kehidupan yang hiruk pikuk sekarang ini.