• My Facebook
  • My Email

Sunday, December 12, 2010

Memulai untuk menulis itu mudah


Seringkali kita bertanya, ketika sudah memegang pena dan berhadapan dengan lembaran kertas atau kalau jaman sekarang adalah ketika berhadapan dengan layar computer, untuk kemudian mulai menggoreskan pena atau menekan keyboard dan menulis apa yang kita kehendaki, apa yang ingin kita tuliskan, seolah banyak yang ingin dikeluarkan namun sedikit bahkan seringkali tidak ada yang dapat dituliskan. Bahkan pada saat saya menulis artikel ini pun merupakan salah satu proses perkenalan jari-jari saya dengan tuts-tuts yang ada pada keyboard laptop tercinta ini, laptop ini bahkan mempunyai nama yang seolah menantang saya untuk mulai berpikir
dan mengolah rasa agar menghasilkan sesuatu dari buah pikiran ini, ia seolah berkata..namaku “Thinkpad™” so use me to think….not to play game or only to watch movies. Dan tantangan dari laptop saya ini pun saya coba tanggapi dengan mulai memfungsikan dirinya sebagai sarana untuk menuliskan apa yang ada dalam pikiran ini kedalam bentuk tulisan, sehingga gagasan atau ide bahkan sekelumit fantasi yang ada di pikiran ini dapat tersampaikan kepada banyak orang tanpa menghabiskan energi untuk membuka mulut dan terus berbicara tentang isi pikiran kita, karena selain melelahkan juga sebagian dari buah pikiran itu akan terlupakan disebabkan oleh terbatasnya kapasitas Hardisk kita dan konektivitas pemanggilan data di dalam diri kita yang sering tidak tersambung karena kondisi pikiran kita yang tidak selalu 100% dan tidak semudah komputer untuk merecall data yang sudah tersimpan dalam pikiran, karena itulah salah satu sarana untuk mengabadikan buah pikiran kita adalah dengan menuliskannya dalam bentuk lembaran-lembaran kertas atau hasil ketikan yang sudah tentu akan bertahan jauh lebih lama daripada hanya disimpan dalam otak kita, selain itu juga tentunya dengan begitu buah pikiran kita dapat diketahui oleh banyak pihak dengan membaca hasil tulisan kita tadi, bagi sebagian orang yang kini sudah menjadi trend, hal semacam itu (menulis-red) sudah bisa dijadikan tumpuan mata pencaharian yang dapat menopang keidupan mereka sehari-hari bahkan untuk beberapa kasus penulis tertentu, penghidupan dari menulis buku ini menjadikan mereka mempunyai kehidupan yang sangat layak bahkan menaikkan status mereka di dalam status masyarakat. Contoh kasus yang paling jelas kita ketahui adalah J.K. Rowling yang dengan tulisan karyanya yang mendunia dengan tokoh superpopuler Harry Potter dan serangkaian petualangan fantasinya yang menyihir banyak orang di dunia untuk menjadi pembaca setianya, bahkan setelah diangkat ke layar lebar pun masih terus mengalirkan pundi-pundi uang bagi penulisnya, hingga jumlah kekayaan J.K. Rowling ditaksir menyamai Ratu Elizabeth II ratu kerajaan Britania raya, yang adalah ratunya sendiri. Dan untuk lingkup lokal, kita bisa menyaksikan seorang Andrea Hirata yang menulis sebuah karya yang bisa dikatakan sangat fenomenal dengan quadrologi Laskar Pelangi, yang secara monumental mengubah gagasan banyak orang mengenai dunia pendidikan di tanah air, bahkan dijadikan acuan dasar penetapan kebijakan pendidikan di Kemdiknas, semua hal tersebut diatas bagi sebagian orang pasti berpikir bahwa itu disiapkan secara besar dan lama, padahal yang sebenarnya terjadi adalah semua keberhasilan itu dimulai dari penuangan buah pikiran yang paling sederhana kedalam lembaran kertas, bahkan diceritakan bahwa Rowling menulis di lembaran-lembaran kertas tissue yang ada di hadapannya ketika ia mendapatkan ide untuk menulis mengenai Harry Potter.
Memang benar apa yng dikatakan banyak orang bahwa langkah yang besar selalu dimulai dari langkah pertama dan kecil, tidak pernah seseorang dapat melangkah besar dan membuat perubahan besar seketika tanpa mengambil awalan yang kecil, bahkan terkadang awalan itu pahit dan tidak mengenakkan. Begitu pula dengan menulis, tidak bisa kita bermimpi untuk dapat menuliskan karya yang besar tanpa sebelumnya menggoreskan kata demi kata dengan awalan huruf demi huruf di lembaran kertas atau ketikan di layar laptop, dari hal tersebut saya menyimpulkan setidaknya bagi saya sendiri, keberanian untuk memegang pena atau menyentuhkan jari di keyboard dan memulai untuk menulis itulah yang diperlukan untuk menulis karya-karya besar, dengan menceritakan apapun dari mulai hal kecil yang kita temui di keseharian hingga hal besar yang kita alami dalam kehidupan, hal tersebut dapat menjadi inspirasi untuk menulis, memang kemudian banyak halangan dan hambatan yang akan menghadang seolah memisahkan kita dengan impian kita, tapi bukankah itu juga seni dari hidup dan ujian bahwa hanya yang kuat dan bertahanlah yang patut mendapatkan kebesaran dan kemuliaan sebagai hadiah akhir kehidupan. Jadi mulai goreskan tinta pikiran kita kedalam lembaran kehidupan agar gagasan itu dapat abadi dan terus dimanfaatkan oleh banyak khalayak yang menyukai gagasan yang kita sampaikan.
Lanjut membaca “Memulai untuk menulis itu mudah”  »»

Sunday, December 5, 2010

To Live and to understand


Everybody can live their life but do they understand how to live theirs?..semua orang terlahir ke dunia dengan kemampuan untuk jalani hidup karena berkat hidup itu sudah melekat seketika kita semua dapat bernafas setelah keluar dari rahim masing-masing ibu kita, some can say just to cry as a baby, to play as a kid, to hang out as a youth, to work as an adult, and to die on old age..as simple as that, ya mungkin memang hidup mungkin sesederhana itu, tapi dengan begitu hidup yang cuma satu kali ini tidak akan mempunyai harga dan nilai lebihnya, karena hidup seperti itu hanya seperti episode-episode sinetron kehidupan yang lainnya yang dapat dilewatkan begitu saja seperti memencet remote kontrol TV dengan mudahnya tanpa ada perhatian yang khusus yang bisa diberikan...do you want people to walk you by without even give a glance to you..anggapan mereka bahwa kita tidak patut dapat perhatian dan penghargaan lebih..less important than others.
Intinya seperti ini *Gaya guru di depan kelas...bahwa hidup ini dengan seluruh apapaun yang kita punya dalam bentuk apapun, baik itu orang yang berkecukupan dengan segala harta bendanya, maupun yang kekurangan dengan segala yang tidak dia punyai, semua mempunyai kans yang sama untuk maju ke depan menghidupkan hidup yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan, yang mampu dapat berbuat dengan apa yang dia punyai, dan yang kekurangan pun begitu, hanya satu modal dasarnya, Semangat dan kemauan untuk mampu dan maju...as simple as that??? well orang-orang pinter bilang sih gitu...tapi kenyataannya memang begitu, modal kita sama terlepas dari status sosial, kemapanan dalam hidup..yaitu diri kita sendiri...
ambillah contoh si A dan si B mereka belajar di tempat yang sama dan mulai belajar dari jam masuk sekolah jam 8 pagi sampai jam 2 siang, tapi hasil akhirnya si A juara kelas dan si B menjadi juara tinggal kelas...apa sih bedanya..padahal waktu mereka sama 24 jam sehari,7 hari seminggu,4 minggu sebulan,12 bulan setahun,10 tahun sedasawarsa dst etc (kalau diterusin gak beres-beres :)) ternyata selidik punya investigasi, si A memanfaatkan waktunya lebih efektif dan produktif daripada si B, si A selesai pulang sekolah sesampainya di rumah istirahat sebentar lalu mengulang pelajarannya yang didapat di sekolah, waktunya dipakai untuk belajar, atau membaca apa yang bisa menunjang keinginannya untuk mencapai cita-citanya, sementara si B pulang sekolah hang out di mall sampai sore, pulang langsung nonton tivi sampai malam, gak bisa ngelewatin sinetron bersambung yang gak selesai-selesai (dari cinta fitri sampai jadi cinta mbah fitri) hehehe.jadi kita bisa maklumi kenapa hasil akhirnya jadi seperti itu. Mungkin rekan-rekan tahu apa yang membedakan seorang juara renang dengan yang tidak juara....hanya sepersekian detik dari waktu pencapaian lomba..bisa kan dibayangkan hanya sepersekian detik, tidak juga sampai sedelikan mata, yang bisa kita simpulkan bahwa yang membedakan juara dan tidak juara adalah sedikit usaha yang lebih daripada yang lain..hanya sedikit tapi itu akan sangat membedakan hasil akhirnya, apa rekan-rekan adalah termasuk orang yang ingin hidup yang benar-benar termanfaatkan?? atau yang cukup dengan menjadi orang yang seadanya yang terkadang hidup segan mati enggan ya gak beda dengan gantungan kunci cuma gantung-gantung gak tentu arah (eh nyambung gak ya??!!)
Rekan-rekan hidup kita kan hanya satu kali nih, kalau ada yang hidup bisa dua kali ya ngacung yaaa...biar bisa dijitak kepalanya, kalau cuma satu kali masa sih mau disia-siakan, nah karena kita hidup hanya satu kali...ayo dong berusaha sampai batas maksimal kita untuk hidup, padahal Einstein bilang kita baru gunakan 20% dari kemampuan otak kita, berarti nih ya berarti bahwa masih ada 80% kemampuan kita yang ngendon di dalam diri kita yang belum tergunakan, and it's gonna be a shame for us kalau hal ini dibiarkan tersia-sia...nah makanya rekan-rekan let's live up and stand fast, if u have one shot to kill..make it real!!

Lanjut membaca “To Live and to understand”  »»